Skip to main content

Menjemput Hidayah #2

MH #2: Daniel Streich | Mantan Politikus Partai Yang Anti Islam

Bismillah …
Sungguh Allah Maha Berkehendak, yang membolak-balikkan hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Ada hamba-Nya yang dulu berada di barisan depan dalam mengobarkan permusuhan terhadap Islam, namun setelah mendapatkan hidayah-Nya, ia kemudian berbalik menjadi orang di barisan depan yang menjaga kemuliaan agama Islam, hingga memotivasi banyak orang kembali pada fitrah-Nya.
Melalui jurnal Seri Menjemput Hidayah ini, kita bisa mengambil pelajaran bagaimana mereka yang dulunya benci, lalu berbalik, gigih mencari kebenaran, dan berjuang menjemput hidayah-Nya. Selamat menyimak.

#2 – Daniel Streich
Sebelum memeluk Islam, dalam kesehariannya, Daniel Streich[1] adalah penganut Kristen yang taat, yang membaca Bibel dan pergi ke gereja secara teratur. Semasa kecil pernah bercita-cita menjadi pastor. Namun ketika remaja niatnya berubah. Ia mulai gemar berpolitik. Hingga ia dikenal sebagai tokoh politikus andal Partai Rakyat Swiss (Swiss People’s Party / SVP). Ia bergabung dengan SVP sejak 2003 sebagai pendiri sekaligus pimpinan SVP wilayah Gruyeres. Perannya sangat vital, sehingga keputusannya sangat menentukan terhadap kebijakan partai.
Partai SVP sangat antipati terhadap Islam. Dalam banyak kesempatan, partainya kerap melontarkan pernyataan yang menyudutkan Islam. Tanpa memandang persamaan hak, mereka secara aktif menggalang sentimen anti-Muslim di seantero Swiss. Mereka mempropagandakan bahwa Islam adalah agama teroris, pembuat onar, dan kekerasan. Perjuangan partai tersebut lebih banyak dicurahkan untuk melawan agama yang dibawa Nabi Muhammadsallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Karena kampanyenya yang demikian kerasnya menentang Islam, Streich menempati posisi rangking teratas di Swiss Army. Ia memenangkan slot military instructor di Militer Swiss karena popularitasnya. Ia juga berkomitmen untuk partainya, SVP, dan berdiri sebagai politisi lokal di komune Bulle.
Ketenaran Partai SVP di kalangan rakyat Swiss memuncak ketika partai tersebut menjadi garda terdepan pada usulan kontroversial yang melarang keberadaan bangunan menara dan kubah masjid di negaranya pada pertengahan tahun 2009. Dan lebih ekstrem lagi, partai tersebut juga mengusulkan untuk menutup semua masjid di Swiss, karena mimbar dan kubah masjid dianggap tidak cocok dengan budaya negara itu.
mosque demo
Ide gila Partai SVP kemudian mengantarkan rakyat Swiss di ujung perpecahan. Pasalnya, masyarakat negeri yang berlokasi di jantung Eropa itu harus memutuskan sikapnya melalui referendum yang diselenggarakan pada 29 November 2009. Hasil referendum menunjukkan lebih dari 57,5 % pemilih dari 2,67 juta warga yang memberikan suara mendukung pelarangan pendirian menara masjid itu, sedangkan 42,5 % lainnya menentang. Sementara itu, sebanyak 22 dari 26 provinsi di Swiss memilih pelarangan pendirian menara masjid.
Hal yang menarik atas fakta ini adalah bahwa saat itu populasi Muslim di Swiss baru 6 %, namun sebanyak 42,5 % dari total penduduk Swiss mendukung dibolehkannya membangun menara masjid. Para analis meyakini bahwa pelarangan menara masjid dan ritual Islam telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Swiss terhadap Islam.
Sebenarnya warga Swiss non Muslim pada umumnya tidak memiliki masalah dengan warga Swiss yang Muslim. Partai SVP lah yang telah memberikan gambaran buruk tentang Islam sehingga memprovokasi warga dan mengusik ketentraman yang tengah dijalin. Padahal di negara tersebut hanya ditemukan empat masjid dengan menara. Dan tidak satupun digunakan untuk mengumandangkan adzan sehingga tidak mengeluarkan suara yang bisa dianggap ‘mengganggu’.
Masjid Berne, masjid terbesar di ibukota Swiss itu sebelumnya adalah lahan parkir bawah tanah. Tapi Partai SVP justru menguatirkan hal itu, anggapan mereka bila lahan parkir saja bisa menjadi masjid, maka itu sebagai bukti bertambahnya orang yang memeluk Islam. Sehingga Partai SVP dengan gencar mengajak masyarakat mendukung pelarangan menara masjid dengan alasan menara tersebut adalah simbol islamisasi.
Umat Islam setempat pun protes atas kebijakan diskriminatif ini. Karena umat agama lain boleh membangun tempat beribadahnya dengan bebas. Tapi apa boleh buat fitnah telah memenangkan opini, referandum telah selesai dengan menghasilkan Undang-Undang pelarangan menara masjid.
| Dari benci lalu mencinta
Di masa-masa kampanye untuk menentang berdirinya menara masjid di negaranya, bahkan jauh sebelum itu, Streich sedikit demi sedikit mendapatkan hidayah yang bisa jadi datang dengan cara yang tak disadarinya. Awalnya, ia coba memahami ajaran Islam dengan mempelajari Al-Qur’an, tujuannya mencari kelemahan, agar dapat berargumentasi dengan kalangan Muslim untuk kemudian meruntuhkan keyakinan mereka. Namun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkehendak lain. Melalui cara itu, justru ia diperkenalkan dengan ajaran Islam yang suci. Dan pada akhirnya ia berubah pikiran.
Menurut informasi dari blog majalah Tikkun Daily[2] edisi 4/12/2009, perihal masuk Islamnya Streich tersebut pertama kali dimuat oleh surat kabar Swiss berbahasa Jerman, 20 Minuten, edisi 23/11/2009. Pengakuan Streich dalam surat kabar tersebut kemudian dikutip oleh tabloid Swiss, Blick, pada hari berikutnya. Berita deklarasi masuk Islam yang disampaikan Streich ini sontak membuat gempar publik Swiss selain menciptakan kehebohan dalam politik di negara itu.
Kepada 20 Minuten, Streich mengungkapkan kisah sebenarnya bagaimana perjalanannya dalam menemukan hidayah-Nya. Sebelum referendum digelar, ia telah mengundurkan diri sebagai politisi SVP di Kota Bulle. Alasan pengunduran dirinya adalah karena ia memeluk Islam. Keyakinan barunya ini telah dianutnya sejak pertengahan tahun 2007. Selama dua tahun itu, Streich merahasiakan identitas agamanya kepada SVP. Namun, karena sentimen anti-Islam semakin gencar di Swiss, ditambah lagi ia merasa gerah melihat ulah para koleganya di Partai SVP yang semakin menjadi-jadi dan gencar dalam kampanye pelarangan berdirinya menara masjid, maka ia tidak bisa menahan diri lagi menyimpan rahasianya. Akhirnya, Streich pun memilih untuk mengundurkan diri dari partai pada tanggal 10 November 2009 dan mengumumkan secara terbuka tentang keislamannya.
Streich memberikan pengakuan secara terbuka pada sembilan belas hari sebelum referandum, dengan harapan referendum bisa dibatalkan atau setidaknya warga menolak opsi pelarangan menara masjid tersebut.
Jelas pengakuan itu merupakan pukulan yang sangat telak kepada Partai SVP. Partainya merasa kecolongan, ternyata Streich, salah satu kadernya yang taat ke gereja itu justru menyatakan sudah dua tahun ini tidak ibadah ke gereja lagi.
Kepada 20 Minuten, Streich mengakui bahwa ia terkejut mendapati hal – hal yang tidak pernah terlintas dalam benaknya, bahwa ternyata Islam menjawab pertanyaan, di mana jawaban logis atas pertanyaan penting dalam hidupnya yang ia terus bertanya dalam dirinya selama beberapa tahun lamanya yang ia tidak dapatkan di agama Kristen. Semakin dalam memahami ajaran Islam, semakin banyak ia mendapatkan pencerahan atas keindahan agama Islam tersebut. Dan kemudian mengakui bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya agama samawi yang memberikan ajaran yang benar.
Kini, sosok Streich yang baru lebih dikenal sebagai pribadi yang sangat berkomitmen terhadap Islam, rajin membaca Al-Qur’an, dan tidak pernah melewatkan shalat lima waktu. Ia lebih memfokuskan perhatiannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan Partai Demokratik Baru (New Conservative Democratic Party) di wilayah Freiburg. Juga aktif dalam gerakan Freich’s New Movement yang lebih memfokuskan diri pada pembangunan toleransi, mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan kerjasama dalam kehidupan, meskipun telah menjadi kenyataan bahwa Undang-Undang pelarangan pembangunan menara masjid terlanjur dikukuhkan secara sah. Baginya, Undang-undang negaranya boleh saja melarang pembangunan menara masjid, tetapi tidak berarti mampu menghambat pembangunan akal dan hati mereka yang sungguh-sungguh mencari tuhannya yang sejati, Tuhan Semesta Alam. Menurutnya, Swiss justru sangat membutuhkan lebih banyak masjid. “Saya terdesak untuk menulis banyak makalah menerangkan tentang pentingnya masjid di Swiss dan bahayanya upaya pelarangan membangun menara masjid di negeri ini,” kata Streich. Lanjutnya, “Tidak pantas Swiss memaksa Muslim untuk menjalankan perintah agama mereka di gang belakang”


sumber : Bang Iwan Yuliyanto

Comments

Popular posts from this blog

Wow! Cewek Jepang Cantik Berjilbab

Akhir-akhir ini, nama Hana Tajima Simpson menjadi topik perbincangan di kalangan blogger Muslimah. Di kalangan para blogger, nama perempuan blasteran Jepang-Inggris itu dikenal karena gaya berjilbabnya yang unik dan lebih kasual. Sosok Hana pun telah menghias sejumlah media di Inggris dan Brazil. Hana yang dikenal sebagai seorang desainer membuat kejutan lewat produk berlabel Maysaa. Produk yang telah dilempar ke pasaran dunia itu berupa jilbab bergaya layers (bertumpuk). Melalui label itu, Hana mencoba memperkenalkan gaya berbusana yang trendi, namun tetap sesuai dengan syariat Islam di kalangan Muslimah.   Kini, produk busana Muslimah yang diciptakannya itu tengah menjadi tren dan digandrungi Muslimah di negara-negara Barat. Semua itu, tak lepas dari kegigihannya dalam mempromosikan Maysaa. Tak cuma itu, kini namanya menjadi ikon fesyen bagi para Muslimah di berbagai negara. Mengenai gaya berjilbab yang diusung Hana, skaisthenewblack.blogspot menulis, “Dia (Hana) memiliki ga

KISAH NYATA MENGERIKAN DIBALIK FILM MASHA AND THE BEAR

Langsung aja gan: Masha and the Bear menceritakan tentang kehidupan anak kecil bernama Masha bersama seekor Beruang baik pensiunan sirkus. Tapi kalian tau ga, ada cerita kelam dari animasi tersebut. 1. Masha sebenarnya sudah mati, iya benar sudah mati. yang kalian lihat di acara televisi adalah untuk mengenang Masha . Di dunia nyata, Masha adalah anak perempuan biasa. Sampai suatu hari datang sirkus keliling di daerahnya, Masha sangat senang dan meminta orang tuanya untuk pergi ke sirkus itu. Di sirkus mereka melihat banyak pertunjukan, tapi entah mengapa Masha lepas dari pengawasan orang tuanya. Kemudian Masha mengendap-endapke sebuah tempat, masalahnya tempat itu adalah kandang beruang. Singkatnya Masha mati dimakan oleh beruang, dan orang tua mereka pun depresi berat. Iyahhhhhh, selain itu di dalam animasi. Orang tua Masha tidak pernah terlihat di dalam acara, karena depresi berat orang tua Masha akhirnya bunuh diri. 2. si beruang merupakan figure ayah bagi Masha (

KEMEGAHAN MASJID NABAWI BESERTA SEJARAHNYA

Pada kesempatan kali ini abang akan membagikan sedikit ilmu, semoga bisa menambah pengetahuan. Setidaknya ada 232 buah pilar atau tiang di Masjid Nabawi. Di antara ratusan pilar tersebut, ada beberapa pilar yang memiliki sejarah dan arti khusus. Meskipun beberapa kali mengalami perluasan –Alhamdulillah-, tempat-tempat tiang-tiang ini tetap terjaga. Sekarang, tiang-tiang itu diberi tanda untuk dikenali para peziarah. Pada masa Rasulullah ﷺ, tiang-tiang Masjid Nabawi terbuat dari pohon kurma. Tiang-tiang tersebut terletak di Raudhah Syarifah yang luasnya 144 m 2 . Berikut ini adalah nama-nama tiang (usthuwaanah) yang berada di dalam Raudhah Masjid Nabawi: Al-Usthuwaanah al-Mukhalqah Al-Usthuwaanah al-Qur’ah atau Usthuwaanah Aisyah Usthuwaanah At-Taubah/Usthuwaanah Abu Lubabah Usthuwaanah As-Sarir Usthuwaanah Al-Haras Usthuwaanah al-Wufud Banyak orang yang mengunjungi masjid Nabi tidak menyadari pilar ini atau tidak mengetahui latar belakang sejarahnya. Mudah-mu