Sebagai seorang pengemban dakwah, seorang Muslim tentu ingin pesan dakwah yang ia sampakan dapat didengar dan diikuti oleh orang lain, apalagi pesan itu adalah kalimat-kalimat Allah dan Rasul-Nya. Namun sayangnya, seringkali hal itu tidak dapat terpenuhi dikarenakan komunikasi yang tidak tepat dalam menyampaikan. Maka mulailah untuk memperbaiki cara menyampaikan dakwah kita.
Salah satu cara agar perkataan kita didengar adalah dengan menjadi pendengar yang baik. Mengapa? Karena sesungguhnya mayoritas manusia lebih mengutamakan seorang pendengar yang baik daripada seorang pembicara yang baik. Allah menciptakan satu lisan dan dua telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mendengar dengan baik adalah sebuah upaya yang serius untuk memahami kebenaran dan perasaan yang tersembunyi dalam sebuah ucapan.
Seorang bijak pernah berkata, “Agar Anda menjadi orang penting, maka jadilah orang yang merasa bahwa pembicaraan orang lain itu penting (memerhatikan).”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah manusia yang paling baik dalam mendengar. Ya, beliau adalah pendengar yang baik. Ketika datang seorang wanita tua kepada beliau, beliau mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dan ketika datang pula kepadanya seorang anak perempuan, memegang tangan beliau dan mengajaknya berbicara, beliau pun mendengarkannya dengan seksama. Bahkan beliau selalu menghadapkan badannya kepada lawan bicaranya sehingga mereka merasa diperhatikan. Rasulullah benar-benar mendapat tempat yang istimewa di hati para sahabatnya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Atabah bin al-Walid, ketika duduk di samping Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau berkata,
“Wahai Abul Walid, katakan apa yang hendak engkau ucapkan.” Kemudian Atabah berkata, “Dia tidak mengucapkan apa pun hingga ketika aku selesai dari ucapanku.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Apakah engkau sudah selesai?” Ia menjawab, “Sudah.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun melanjutkan, ” Maka dengarkanlah apa yang aku ucapkan.”
Dari kisah tersebut kita dapat mengambil pelajaran berharga dalam berbicara. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalammenjadi teladan bahwa beliau bukan hanya menjadi pendengar yang baik tetapi juga tidak memotong pembicaraan orang lain. Beliau mempersilakan orang lain menyelesaikan pembicaraannya hingga tuntas baru kemudian beliau menyampaikan apa yang beliau ingin sampaikan. Ini merupakan akhlak mulia yang seharusnya kita tiru karena merupakan bentuk penghargaan yang baik kepada orang lain.
Mendengarlah dengan keseluruhan jasad kita, hadirkan diri dengan sepenuh hati bukan dengan terpaksa dan berikanlah respon terbaik.
Hadits diatas riwayat siapa ya mas? Makasih banget buat pencerahannya.
ReplyDelete